Kule tah ??

My photo
Cilegon, Banten, Indonesia
MAHASISWA JURUSAN IPI UIN SYAHID JAKARTA AKTIVIS HIMPUNAN MAHASISWA BANTEN (HMB) JAKARTA.

Saturday, December 27, 2008

PENDIDIKAN DAN PERPUSTAKAAN KITA

Pendidikan di Indonesia sedang dilematis, katakan saja dengan keluarnya UU BHP demonstrasi hampir terjadi di seluruh wilayah nusantara. pertanyaan yang muncul kemudian adalah, "apa yang sebenarnya diinginkan oleh pemerintah dan masyarakat kita untuk pendidikan?" Pada satu sisi pemerintah membuat peraundang-undangan yang mengatur konsep dan teknis pendidikan, pada sisi lain (setelah perundang-undangan tersebut disahkan) masyarakat kita (dengan semangat yang luar biasa) melakukan aksi demonstrasi atas UU tersebut.

sedikit menengok ke belakang, peraturan UN yang menggunakan standar nilai secara nasional telah banyak meresahkan masyarakat. walau pada akhirnya mayoritas siswa-siswi kita lulus, namun jika kita melihat kualitasnya, apa yang bisa dibaggakan dari standar nilai tersebut.

saya sendiri pernah membaca buku tentang sejarah pendidikan Islam, karangan Prof. Dr. Syalaby yang banyak memuat tentang bagaimana meciptakan insan yang berkualitas dengan pendidikan. Kalau boleh saya menyimpulkan sedikit (mudah-mudahan ini bisa dijadikan referensi), kegagalan pendidikan kita itu disebabkan oleh tidak pernah seriusnyanya implementasi salah satu bab dalam buku tersebut, yaitu untuk sarana dan prasarana. dari segi guru, kurang apa kepintaran guru-guru kita? biaya, mahal kan? nah, sekarang kita lihat sarana. salah satu sarana pendidika kita adalah perpustakaan. lalu bagaimana, dimana, seperti apa perpustakaan yang ada di lembaga pendidikan kita?

jawabnya adalah Perpustakaan sering dianggap pelengkap. Artinya, kalau toh tidak ada tidak dianggap masalah. Kalau toh ada, biasanya jauh dari pengelolaan yang kurang profesional. Anggaran yang digunakan pun sangat kecil.

Singkatnya, pemberdayaan perpustakaan belum seperti lembaga-lembaga lain. Termasuk perpustakaan yang ada di sekolah-sekolah. Bahkan gambaran perpustakaan sekolah biasanya tempatnya di pojok, pengap dengan perlengkapan meubeler seadanya, masih banyak kita jumpai. Sangat jauh dari kesan nyaman apalagi elite.

Banyak definisi dan pengertian tentang hal itu. Pada 1970, The American Library Association menggunakan istilah perpustakaan untuk suatu pengertian yang luas yaitu termasuk pengertian ‘’pusat media, pusat belajar, pusat sumber pendidikan, pusat informasi, pusat dokumenstasi dan pusat rujukan'’.

Pengertian perpustakaan yang mutakhir ini telah mengarahkan kepada tiga hal yang mendasar. Pertama sebagai sarana pelestarian bahan pustakan. Kedua; sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan. Ketiga perpustakaan sebagai sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pembangunan nasional.

Sementara perpustakaan sekolah mempunyai fungsi yang lebih khusus lagi. Selain sebagai bagian integral dari kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah juga sebagai pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya. Yang juga tak kalah penting lagi perpustakaan sekolah sebagai pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif.

Sudahkah fungsi-fungsi tersebut terlaksana? Belum. Perpustakaan belum menjadi rumah kedua para siswa maupun masyarakat umum. Hal ini dapat dilihat dari data kunjungan ke perpustakaan yang masih sangat rendah.

Banyak yang malas pergi ke perpustakaan. Para orangtua pun lebih senang mengajak anak-anaknya rekreasi ke mall atau tempat-tempat wisata lainnya. Sangat jarang para orangtua memprogramkan anak-anaknya diajak ke perpustakaan.

Fenomena serupa juga dapat dilihat dari kunjungan ke toko-toko buku. Toko-toko buku hanya ramai dikunjungi ketika tahun ajaran baru. Itu pun hanya mampir menanyakan buku yang diperlukan. Tidak banyak yang mau meluangkan waktu untuk melihat-lihat atau mebuka-buka buku yang juga banyak menyimpan ilmu pengetahuan. Inilah yang belum dimiliki oleh orangtua siswa. Sehingga wajar kalau generasi muda saat ini sangat jauh dari buku dan perpustakaan.

Hal inilah yang perlu dipikirkan para orangtua dan para pengelola perpustakaan. Gemar membaca harus dimulai dari orangtua dan para guru. Kalau para guru lebih banyak ngobrol pada jam istirahat mengajar, tentu tidak baik bagi perkembangan siswa. Setidaknya siswa akan meniru perilaku seperti itu ketika tidak ada jam pelajaran.

Sikap gemar membaca inilah yang harus dimulai dari para guru. Guru seharusnya memberi contoh pada anak didik dalam mengisi waktu luang. Perpustakaan juga harus menjadi ‘’milik'’ bapak dan ibu guru. Jadi guru juga harus akrab dengan perpustakaan. Bila perlu guru harus memberi contoh untuk setiap saat mengunjungi perpustakaan dan membaca buku di sana. Kalau sudah demikian setidaknya akan memberikan teladan bagi siswa dalam mengisi waktu kosong secara lebih bermanfaat.

No comments: